Penalutim.com, Luwu Timur-Dalam mengatasi dan mengendalikan wabah virus African Swine Fever (ASF), atau demam babi afrika yang banyak menyerang ternak terutama ternak babi, dinas Pertanian dan ketahanan pangan yang harus berperan aktif, seperti yang di ungkapkan, Asisten bidang Pemerintahan dan Kesejateraan Rakyat (Kesra) sekaligus Ketua Satgas Pengendalian Penyakit ASF, Aini Endis Anrika, dalam memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) yang dilaksanakan di Aula Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, Jumat (9/6/2023).
Dalam kegiatan Rakor tersebut yang di hadiri, Tim Satgas Pengendalian Penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika, Staf Ahli Hukum dan Pemerintahan, dr. H. April, Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan beserta jajaran, Perwakilan SKPD terkait, dan Perwakilan Camat se kabupaten Lutim.
Aini Endis Anrika menekankan, sangat dibutuhkan kewaspadaan dan penanganan yang serius terhadap virus ASF tersebut, dengan melihat data semakin tingginya angka kematian pada ternak babi, yang berpotensi menimbulkan outbreak lebih luas di Kabupaten Luwu Timur (Lutim).
“Penanggulangan virus ASF tentunya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan melalui penyuluh, tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi, kepada seluruh masyarakat yang memiliki ternak babi di wilayah masing-masing bekerjasama dengan Camat” Ungkapnya.
Selain itu kata dia, perlu dilakukan pembinaan dan bimbingan kepada masyarakat agar selalu waspada terhadap virus ASF, dengan melakukan pengawasan lalu lintas ternak, kemudian memberikan informasi dan edukasi, melakukan bimbingan analisa resiko sosial dan ekonomi.
Lebih lanjut, Aini Endis mengatakan, terkait kasus pembuangan bangkai babi di sembarang tempat, pada beberapa waktu lalu telah ditangani oleh Dinas PUPR bersama PDAM, dengan melakukan penggalian lubang yang cukup besar untuk menampung bangkai-bangkai babi di setiap titik-titik kecamatan meliputi, kecamatan Angkona, kecamatan Kalaena, kecamatan Mangkutana dan kecamatan Tomoni Timur.
“Keresahan yang sempat timbul di tengah-tengah masyarakat, dengan adanya bangkai babi yang di buang masyarakat di sembarang tempat, terutama di Pinggir Sawah dan sungai yang bisa-bisa menimbulkan dampak pencemaran lingkungan, sampai saat ini, tidak ada laporan terkait dengan akibat bangkai-bangkai babi tersebut yang berdampak gangguan kesehata pada manusia” katanya.
Ia juga menjelaskan, wabah virus tersebut hanya menyerang babi, tidak pada manusia maupun hewan lainnya, namun virus tersebut, dapat dibawa oleh manusia melalui pakaian ataupun angin yang bisa sampai pada ternak babi.
Berdasarkan data Dinas Pertania dan Ketahanan Pangan Lutim, ternak babi di masyarakat banyak yang mati, dari jumlah 39.298 ekor ternak yang terdata, sedangkan yang mati sampai saat ini sudah mencapai 31.592 ekor yang terkena virus ASF.
Tenaga penyuluh yang melakukan pendataan diasyarakat agar berkoordinasi dengan para kepala desa yang memiliki peternak babi dan melakukan pendataan di setiap rumah atau Per-KK, sehingga dapat terakomodir database peternak yang meliputi data rill di sertai dengan dokumentasi foto.
Untuk menutup sambutanya ia berpesan agar seluruh stakeholder, terkait TNI dan Polri agar dapat saling bekerjasama dan berperan aktif dalam melakukan pengendalian penyakit ASF pada babi, khususnya di kabupatenLutim. (DIN)