Penalutim.com, Luwu Timur – Kue kering menjadi salah satu kuliner yang pangsa pasarnya cukup diminati konsumen lokal Indonesia. Mulai dari anak-anak hingga orang tua semuanya hampir sebagian besar menyukai cemilan yang satu ini. Namun lain cerita dengan para pengusaha kue kering, semakin membanjirnya usaha aneka kue menjadikan usaha ini tidak semudah yang dibayangkan. Perlu kreativitas tersendiri agar produk kue kering buatan mereka memiliki keunikan tersendiri dibandingkan kue kering yang lain.
Seperti yang dilakukan Hartini, ibu dari empat anak ini mendirikan usaha yang diberi nama Usaha Nur. Bertempat di Desa Tabarano Kecamatan Wasuponda, Hartini mencoba untuk memproduksi Bagea Sagu, kue kering khas Sulawesi Selatan berbahan dasar sagu yang banyak ditemukan di daerahnya. Usaha ini didirikan awal tahun 2013 dengan bermodalkan uang tabungan sebesar 400 ribu rupiah, dan dipasarkan dengan menawarkan ke tetangga dari rumah ke rumah.
Baca Juga : Diterpa Pandemi, UKM Binaan Vale Tetap Semangat Berbisnis
“Saya terinspirasi mengembangkan usaha ini karena waktu itu masih kurang makanan ciri khas oleh-oleh Luwu Timur, dan melihat stok sagu di pasar yang cukup melimpah. Sayang rasanya jika tidak bisa mengolah komoditas lokal tersebut,” ujar Hartini.
Ia juga terus berupaya agar sagu yang ada saat itu diolah sedemikian rupa hingga menjadi kue khas kekinian Luwu Timur. Meskipun saat itu, sudah ada kue bagea. Akan tetapi, tampilannya atau bentuknya masih sangat tradisional. Sepanjang perjalanan usaha, Hartini terus berinovasi, dan menerima masukan-masukan dari pelanggan baik dari segi bentuk maupun rasa.
Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dan Program Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat (PPM) PT Vale Indonesia menjadikan Usaha Nur ini menemukan produk terbaiknya. Melalui dorongan dari para pendamping, ia mampu berinovasi dengan membuat Bagea Sagu aneka rasa kekinian seperti coklat, jahe, gula merah, dan rasa keju.
Dengan bentuk bageanya yang kecil menjadikan cemilan ini mudah dimakan tanpa harus meninggalkan remah-remah saat menggigitnya. Produk ini juga telah dilengkapi perizinan resmi mulai dari PIRT hingga Halal, yang merupakan salah satu bentuk bantuan dari Program PPM PT Vale Indonesia.
Melihat perkembangan usaha sang Ibu, ternyata mampu membuat tiga orang anaknya turut serta membantu membesarkan usaha ini. Saat ini Usaha Nur mampu memproduksi 200 toples bagea sagu setiap bulannya dengan omset jutaan rupiah. Tidak hanya di Luwu Timur, Hartini kini mampu memenuhi permintaan pasar hingga ke luar provinsi.
Penulis : Ning Rahayu
Editor : Redaksi
Foto : Hartini