Penalutim.com, Luwu Timur – Pengembangan Pariwisata Agro-Ekonomi Desa Adat suku Tambee Landangi, Luwu Timur berawal dari pemikiran bahwa di kawasan ini terdapat potensi yang sangat besar dari segi ketersediaan lahan, sejarah dan kebudayaan masyarakat lokal khususnya masyarakat suku Tambee.
Mimpi pengembangan Pariwisata Agro-Budaya ini digagas oleh Pdt. I Wayan Norsa Adiwijaya. Hal ini merupakan sebagai salah satu strategi pengembangan bagi masyarakat perdesaan khususnya di desa adat suku Tambee di Landangi.
Pendekatan pengembangan ini sendiri menggunakan pendekatan industri pariwisata, ini merupakan salah satu alternatif strategis secara ekonomis.
Gagasan pengembangan ini sendiri dilakukan dengan model kemitraan bersama PT Vale Indonesia (PTVI), dikarenakan kawasan desa adat suku Tambee berada di wilayah Pemberdayaan PT Vale Indonesia.
Melalui diskusi antara penggagas, lembaga adat (LPTB) Tambee dengan pihak PTVI, selanjutnya PTVI yang diwakili oleh Kamto dan Wahyudin menyepakati untuk membantu dan siap menjadi mitra masyarakat adat suku Tambee, untuk mengembangkan Pariwisata Agro-Budaya dengan harapan bahwa pada masa mendatang, kawasan desa Adat suku Tambee di Landangi Luwu Timur ini, akan menjadi kawasan pariwisata alternatif dan favorite dengan potensi alamnya, serta produk Agro ramah lingkungan, atraksi budaya dan suguhan natural Resources yang eksotis.
“Tahap awal PTVI telah menggelontorkan Dana sebesar Rp.100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) Untuk pelaksanaan program ini. Dana tahap awal telah dikelola oleh Lembaga Adat untuk pembuatan Empang sebagai sarana budidaya ikan gurami, karper dan ikan Nila non kimia,” ungkap I wayan Norsa Adiwijaya kepada Penalutim.com, Kamis ( 23/7/2020).
Selain itu, lanjut I Wayan Norsa, pengembangan pembuatan pupuk kompos juga sedang dilakukan dengan menggunakan dana tersebut.
Untuk Program jangka panjang, PTVI akan terus siap menjadi mitra untuk rencana ini.
Sementara itu, dalam rangka pengembangan program agro organik yang ramah lingkungan, PTVI telah melakukan kontrak kerja dengan pihak yayasan Aliksa Organik untuk konsentrasi tanaman pangan organik dan pengembangan obat-obatan organik.
Dalam kaitannya dengan ini, Rabu, 22 Juli 2020 telah dilaksanakan kegiatan deklarasi serta komitment bersama antara pihak CSR PTVI sebagai penyandang dana, Yayasan Aliksa Organik dan masyarakat Adat suku Tambee untuk mengembangkan serta memproduksi dan menghasilkan Produk-produk pangan dan medical yang ramah lingkungan.
Deklarasi ini dihadiri oleh pihak Manajement PTVI, Manajemen Yayasan Aliksa Organik dan Direktur Yayasan Aliksa Organik yakni Alik dari Kantor pusat Jakarta.
“Alam adalah guru kita, kita terus belajar kepada alam agar kita tetap sehat,” Ungkap Alik.
Demikian pula I Wayan Norsa Adiwijaya sebagai penggagas menyampaikan “Alam adalah anugerah dari Tuhan. Kita semua harus kembali ke alam, sebab di dalam alam tangan Tuhan bekerja dan memberikan kehidupan untuk kita,”
Namun yang masih menjadi permasalahan dan pergumulan utama dari program ini adalah soal prasarana jalan yang sampai saat ini belum ada perbaikan. Desa yang hanya berjarak 25 KM dari kota kabupaten ini, harus ditempuh 3 jam perjalanan. Diperlukan perhatian dan peran pemerintah untuk menangani masalah ini.
I wayan Norsa berujar, “mungkin dapat menjadi refleksi hidup, anak-anak di sini begitu semangatnya mengumpulkan batu-batuan untuk perbaikan jalan, mereka tidak punya uang, mereka tidak punya Dozer dan Excavator, mereka bukan penentu kebijakan, ada yang bisa jawab siapa yang harusnya tanggung jawab ?,” Pungkas I Wayan Norsa Adiwijaya.
Penulis : Amos Jakson
Editor : Redaksi
Foto : Amos Jakson