Penalutim.co.id, Jakarta – Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku dari penerimaan komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator. (Sastropoetro, 1991: 34).
Harold D. Laswell, melalui karya klasiknya “Propaganda Technique in the World War” pada tahun 1927 mengemukakan bahwa, salah satu upaya untuk mendefinisikan propaganda adalah mengacu pada peranan propaganda untuk mengontrol pendapat umum melalui pesan- pesan simbolis yang signifikan, atau untuk berbicara lebih kongkrit dilakukan lewat cerita, rumor, laporan, gambar yang belum tentu akurat.
Beberapa tahun setelahnya, Laswell memperkenalkan definisi propraganda yang sedikit berbeda, yaitu propaganda dalam arti yang luas adalah teknik mempengaruhi tindakan manusia dengan memanipulasi representasi. Definisi ini termasuk iklan, bahkan termasuk kerja seorang guru yang mempengaruhi kelas, meskipun tindakan seperti itu oleh banyak orang tidak disebut propaganda. (Severin dan W tankard,JR : 128).
Laswell menilai propaganda membawa masyarakat dalam situasi kebingungan ragu-ragu dan terpaku pada sesuatu yang licik yang tampaknya menipu dan menjatuhkan. Propaganda dianggap sebagai proses diseminasi informasi untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseoarang atau kelompok masyarakat dengan motif indoktrinisasi (Cangara , 2011 :271).
Lebih jauh Jecques Ellul, ahli psikologi propaganda, mengemukakan bahwa propaganda merupakan suatu metode yang digunakan oleh kelompok yang terorganisasi yang ingin mewujudkan partisipasi aktif atau pasif dalam bentuk tindakan-tindakan tertentu yang ditujukan kepada suatu masa individu melalui manipulasi psikologis secara terpadu. Definisi ini mencakup pengertian tentang propaganda sebagai sebuah fenomena massa namun mengabaikan propaganda yang kadang-kadang dapat memiliki efek pasif dan menenangkan, dan bahwa hal itu dapat menjadi cara yang efektif untuk mencegah tindakan yang tidak diinginkan (Liliweri, 829).
Beberapa basis proses propaganda yang dikemukan Ellul adalah :
- Propagandis tidak akan membuat kebohongan terang-terangan, kecuali orang orang yang membutuhkan itu sebagi hiasan. Para propagandis agaknya mengidentifikasi kenyataan dalam masyarakat sehingga memberikan kepercayaan awal dari suatu pesan, dan kemudian mendistorsi suatu realitas.
- Propaganda tidak bekerja untuk merencanakan atau dengan sengaja membuat kecelakaan terhadap orang lain.
- Propagandis begerak dalam distorsi dan penipuan dengan cara mementingkan diri sendiri dimana propagandis berusaha untuk hanya ingin memperoleh dukungan sesuai dengan cara pandangnya. Dalam propaganda moderen, Ellul menekankan bahwa propaganda selalu berusaha memberikan dukungan tindakan yang nyata melalui mobilisasi secara terang-terangngan. Adalah penting untuk menunjukan perbedaan antara propaganda dengan pendidikan meskipun dalam hal gaya keduanya dimaksudkan untuk memberikan informasi. Guru dapat dikatakan sukses, jika mampu mendorong siswa untuk berfikir sendiri sehingga bisa menarik sendiri tentang kebenaran. Sebaliknya bagi seorang propagandis tidaklah demikian, kebenaran selalu berada di dalam pandangan mereka sendiri dan audiens digiring untuk mengikuti cara befikir dan bertindak yang dikehendaki propagandis (Liliweri, 834).
Penggunaan propaganda sebagai senajata persuasi bukan sesuatu yang baru dalam ilmu komunikasi. Sebab kegiatan propaganda sudah ada sejak zaman manusia hadir di dunia. Propaganda digunakan sebagai usaha mempengaruhi dan membentuk persepsi manusia. (Cangara, 2011: 271).
Sedang Herbert Blumer (1969) mengemukakan bahwa propaganda dapat dianggap sebagai suatu kampanye politik yang dengan sengaja mengajak dan membimbing untuk memengaruhi dan membujuk orang guna menerima suatu pandangan, sentimen, atau nilai (Arifin, 2011 : 133).
Jawett dan O‟Donnell, mengemukakan bahwa propaganda adalah usaha yang disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, manipulasi kognisi dan perilaku langsung untuk mencapai respon yang lebih jauh, dengan maksud atau demi mencapai tujuan yang diinginkan dari sponsor. Berbeda dengan definisi di atas, maka definisi ini menekankan bahwa propaganda mempromosikan kepentingan propagandis (Liliweri, 828).
Kalau kita memperhatikan kata “sengaja” dalam definisi Jowett dan O‟Donnell, maka sebenarnya tersirat suatu pertimbangan yang seksama suatu kemungkinan psikologis yang bakal terjadi. Kata sengaja dipilih untuk menerangkan bahwa propaganda dilakukan setelah difikirkan secara hati-hati, misalnya dengan memilih strategi manakah yang paling efektif untuk mempromosikan sebuah ideologi, atau untuk mempertahankan posisi yang menguntungkan. Sementara itu kata “sistematis” yang melengkapi kata sengaja berarti melakukan sesuatu dengan teratur (Liliweri, 829 ). Tujuan utama dalam melakukan propaganda menurut Harold Laswell (Servin dan tankard,Jr, 129) adalah :
- Untuk menumbuhkan kebencian terhadap musush.
- Untuk melestarikan persahabatan sekutu.
- Untuk mempertahankan persahabatan dan jika mungkin untuk menjalin kerja sama dengan pihak yang netral.
- Untuk menghancurkan semangat musuh
Foto : harnas.co
Sumber :
Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik, Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan, Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Cangara, Hafied.2009. Komunikasi Politik, Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta : Raja Wali Pers
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Limit Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bandung.
Liliweri, Alo. 1994. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung : Citra Aditya Bakti
Santoso, Sastropoetro. 1991. Propaganda salah satu bentuk Komunikasi
Severin Werner J, James W. Tankard. Jr. 2001. Teori Komunikasi: Sejarah,Metode,dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta:
Jurnal Academia Praja Volume 1 Nomor 1 – Februari 2018
Comment