Jakarta, Penalutim.co.id – Belanda tetap menjadikan bidang pendidikan sebagai area strategis bagi kerjasama kedua negara yang lebih komprehensif dan mutual. Demikian disampaikan oleh Peter Potman, DIrektur Asia dan Oceania, Kementerian Luar Negeri Kerajaan Belanda pada acara StuNed Day yang digelar di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Potman menjelaskan lebih lanjut bahwa kerjasama dibidang pendidikan yang terutama mencakup mobilitas pelajar dan kerjasama riset, menjadi bahan bakar yang menggerakkan dan memacu kerjasama Indonesia dan Belanda. Setiap tahunnya sedikitnya 1500 pelajar Indonesia berada di Belanda untuk menuntut ilmu dan sampai saat ini tercatat lebih dari 20.000 orang Indonesia pernah mengecap pendidkan tinggi di Belanda .
Beasiswa StuNed yang diberikan oleh pemerintah Belanda adalah salah satu program yang mendukung peningkatan mobilitas pelajar yang telah menghasilkan alumni-alumni yang berkualitas yang ikut membantu membawa kerjasama kedua negara ini kearah yang lebih komprehensif.
StuNed Day sebagai acara tahunan yang diselenggarakan oleh Netherlands Education Support Office (Neso) Indonesia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belanda dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda adalah kegiatan yang diperuntukkan bagi seluruh pelajar Indonesia yang kuliah di Belanda.
Walapun cuaca saat itu di kota Den Haag salju menyelimuti seluruh kota dan udara sangat dingin, tak kurang dari 150 pelajar Indonesia datang dan berkumpul di aula Kedutaan Besar Republik Indonesia di kota Den Haag.
Komitmen dan dukungan penuh dari pemerintah Indonesia dan Belanda ditunjukkan dengan hadirnya Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Bambang Hari Wibisono, dan Direktur Neso Indonesia, Peter van Tuijl. Duta besar Puja menggaris bawahi pentingnya para pelajar untuk menyadari masalah-masalah global yang saat ini ada seperti perubahan iklim, perdagangan bebas, yang menuntut perubahan cara pandang dan tindakan.
Acara satu hari ini berlangsung dengan hangat dan bersuasana Indonesia, lengkap dengan batik dan tenun nusantara yang dipakai para pelajar, masakan Indonesia, pertunjukan seni dan lagu dan juga ajang untuk mulai membangun jejaring antar pelajar.
Indy Hardono, koordinator tim beasiswa Neso Indonesia mengatakan bahwa StuNed Day menjadi semacam oase bagi para pelajar yang setiap hari sibuk menjalani kegiatan akademis yang super padat dan kadang tidak memberi ruang untuk sejenak rileks bersama-sama teman-teman satu negeri. Juga menjadi ajang bagi Neso sebagai organisasi pengelola beasiswa StuNed untuk kembali memotivasi para penerima beasiswa dan juga memantau perkembangan mereka.
StuNed Day bukan hanya ajang pelepas rindu dan stress namun juga diisi dengan diskusi yang tahun ini mengambil tema topik yang cukup hangat yaitu: Buka Pintu Bagi Perguruan Tinggi Asing: Perlukah? Dua orang nara sumber yaitu Irwandi Yusri Maek, seorang kandidat PhD dari Radboud University dan Megawanti, kandidat PhD dari Wageningen University, memberikan paparan dan pandangannya tentang pro dan kontra terhadap isu ini. DIskusi berjalan sangat dinamis, kritis dan segar.
Penulis : Ayu
Editor : Redaksi
Foto : Ayu
Comment