Tuhan, Nabi dan Rasul Adalah Jurnalis
“Jurnalis adalah tuntunan intelektual dan spiritual, bukan tuntutan material”
Munculnya berbagai macam definisi serta pemikiran tentang jurnalis yang semakin hari semakin keluar dari hakikatnya, mengakibatkan semakin biasnya makna dari jurnalis itu sendiri. Meski telah banyak pakar yang mendefinisikan istilah jurnalis, seperti Bill Kovack, dll. Namun, hingga saat ini masih tidak ada definisi yang baku tentang jurnalis. Ironisnya, istilah jurnalis yang katanya berasal dari bahasa Perancis (De Jour/Journal) yang artinya catatan harian, tetapi merekapun tidak berani membakukan definisi jurnalis dan mengklaim bahwa asal usul jurnalis dari mereka.
Selanjutnya, ketidakjelasan dari makna jurnalis sendiri sesungguhnya telah menghilangkan nilai-nilai sakral yang terkandung di dalamnya dan membuat publik berjalan diatas pemahaman jurnalis yang serba bias. Publik menganggap bahwa wartawan yang bekerja disebuah media adalah jurnalis dan yang bukan wartawan adalah bukan jurnalis. Sehingga, jika publik ingin menjadi jurnalis maka mereka harus mendaftar dahulu diperusahaan media.
Tentu hal tersebut telah keluar dari hakikat jurnalis itu sendiri. Sebab, hakikat jurnalis yang sesungguhnya adalah penyampai pengetahuan. (Lihat Buku Tauhid Jurnalis, Karya Subiran Paridamos, S.Ip. M.Ik). Syarat penyampai pengetahuan tentu ia haruslah berpengetahuan, sedangkan cara untuk memperoleh pengetahuan tentu harus mampu membaca realitas secara baik dan benar. Tidak hanya itu, cara menyampaikan pengetahuan yang baik dan benar juga diperlukan agar publik dapat menerima pengetahuan yang disampaikan oleh jurnalis.
Dalam menyampaikan pengetahuan kepada publik, tentu harus ada sebuah media. Diketahui bahwa sejak zaman batu hingga zaman nano digital saat ini, media yang ada tidak pernah keluar dari domain lisan dan tulisan. Sebab, hanya dengan cara tersebutlah pengetahuan dapat disampaikan, meskipun sebenarnya akhlak juga merupakan sebuah cara dan media dalam menyampaikan pengetahuan.
Jika demikan halnya, maka yang tidak berpengetahuan tentu tidak dapat dikatakan sebagai jurnalis. Sebab telah dijelaskan diatas bahwa jurnalis adalah penyampai pengetahuan dan jurnalistik adalah aktivitas penyampai pengetahuan.
Nabi dan Rasul adalah Jurnalis
Dalam hal ini, tentu Nabi dan Rasul serta orang-orang ber-Ilmu adalah seorang jurnalis. Sebab, mereka merupakan penyampai pengetahuan. Tidak hanya itu, sebenarnya Tuhan juga adalah jurnalis, karena ia juga menyampaikan pengetahuan kepada makhluknya. Tentu saja, pemahaman tersebut akan terdengar asing ditelinga para pembaca karena telah banyak pemahaman tentang jurnalis yang sesungguhnya kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Apalagi saat ini jurnalis telah disamakan dengan seorang wartawan yang bekerja disebuah perusahaan media. Hal mendasar yang menjadi perbedaan antara jurnalis dan wartawan adalah jurnalis adalah penyampai pengetahuan dan wartawan adalah pekerja media. Jurnalis menyampaikan pengetahuan bukan berdasatkan tuntutan, tetapi tuntunan intelektual dan spiritual. Sementara wartawan menyampaikan berita berdasarkan tuntutan perusahaan media.
Selanjutnya, aktivitas jurnalis pertama kali dilakukan oleh Tuhan. Pada saat itu, Tuhan mengajarkan Nabi Adam tentang nama-nama (hakikat). Dalam proses pengajaran tersebut, tentu terdapat aktivitas menyampaikan pengetahuan. Sehingga, asal usul jurnalis sesungguhnya berasal dari Tuhan. Tidak seperti yang perpespektif yang mengatakan bahwa jurnalis pertamakali ada pada zaman Romawi Kuno, Mesir, Nabi Nuh, dll. Yang telah membuat daurnya hakikat jurnalis.
Melalui perantara Nabi dan Rasul, Tuhan menyampaikan pengetahuannya kepada manusia dan manusia juga menyampaikan lagi pengetahuan yang diterimanya dari Nabi kepada sesamanya. Jika aktivitas jurnalis tersebut eksis hingga saat ini, maka sudah pasti pengetahuan Tuhan akan tersebar keseluruh penjuru dunia. Hanya saja pada faktanya, makna jurnalis saat ini telah tercemar oleh berbagai pemikiran sehingga membuatnya daur.
Dengan demikian, sesungguhnya jurnalis dan aktivitasnya (jurnalistik) merupakan sebuah hal yang sakral, karena Tuhan, Nabi/Rasul adalah jurnalis dan jurnalistik.
Penulis : Zefry Andalas, S.Ap (Dewan Pakar Sekolah Peradaban Jurnalis Indonesia).
Comment